Tips Meraih Beasiswa S2 ke Pohang University dari Alumni Rekayasa Hayati ITB

Oleh Azka Zahara Firdausa - Rekayasa Hayati, 2022

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Jane Rahel Limawan saat prosesi penerimaan beasiswa GKS. (Dok. pribadi)

JATINANGOR, itb.ac.id — Jane Rahel Limawan, alumnus Rekayasa Hayati ITB angkatan 2020, berbagi pengalaman dalam meraih beasiswa Global Korea Scholarship (GKS) untuk melanjutkan studi di Pohang University of Science and Technology (POSTECH), Korea Selatan, Jumat (26/9/2025). Dalam sesi ini, Jane menceritakan proses persiapan, strategi pendaftaran, hingga tip praktis yang dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri.

Global Korea Scholarship (GKS) merupakan beasiswa yang diselenggarakan oleh National Institute for International Education, lembaga di bawah Kementerian Pendidikan Korea Selatan. Beasiswa ini menawarkan beragam benefit, mulai dari biaya kuliah, uang saku bulanan, biaya visa, tiket pesawat, tanpa adanya ikatan dengan lembaga tertentu. Lebih lanjut, awardee beasiswa GKS perlu mengikuti kelas bahasa korea selama 1 tahun, sebelum memulai studi S2 di kampus tujuan.

Jane menjelaskan bahwa motivasinya melanjutkan studi S2 berawal dari kesadarannya akan keterbatasan ilmu saat menempuh S1, khususnya dalam hal penerapannya di industri. Selain itu, ia memiliki ketertarikan besar pada proses belajar. Pilihannya jatuh pada Korea Selatan karena negara tersebut dinilai memiliki teknologi yang lebih maju, terutama dalam bidang clean energy dengan fokus pada hidrogen dan teknologi sel bahan bakar. Faktor budaya serta kualitas fasilitas umum di Korea Selatan juga semakin menguatkan keputusannya.

Menurut Jane, kunci utama pendaftaran beasiswa adalah persiapan dokumen sejak awal.

“MԳܱ personal statement dan study plan butuh refleksi diri. Sebaiknya dicicil lebih awal. Selain itu, jangan lupa menyiapkan surat rekomendasi dosen,” katanya.

Ia menambahkan bahwa menghubungi profesor calon pembimbing juga sangat penting. “Tanyakan ketersediaan, topik riset, dan jika memungkinkan minta personal recommendation letter karena dapat meningkatkan peluang diterima,” ujarnya.

Jane juga menyoroti pentingnya kemampuan bahasa. Sertifikat bahasa inggis, IELTS/TOEFL serta sertifikat bahasa Korea TOPIK, meski tidak diwajibkan, dapat meningkatkan eligibilitas penerimaan beasiswa dengan penambahan poin hingga 10%. Ia juga berpesan agar calon pendaftar menabung sejak dini, mengingat biaya persiapan cukup besar, mulai dari tes bahasa hingga biaya pengiriman dokumen.

Saat ini, Jane sedang mengikuti program kelas bahasa Korea selama satu tahun. Ia mengaku tidak menghadapi banyak kendala berarti dalam studi, selain tantangan bahasa yang menjadi bagian dari proses adaptasi. Jane juga menilai, keputusannya mendaftar beasiswa setelah lulus S1 memberinya keleluasaan lebih karena tidak perlu membagi waktu dengan penelitian tugas akhir.

Jane berpesan kepada mahasiswa yang berencana melanjutkan studi S2 agar terlebih dahulu menemukan motivasi dan tujuan besar. Hal ini akan mempermudah proses persiapan. Ia juga mendorong agar tidak ragu mendaftar sebanyak mungkin program beasiswa. Menurutnya, jangan sampai rasa takut mencoba hal baru menghalangi kesempatan. Jane juga menekankan bahwa program beasiswa tidak selalu mencari kandidat “terbaik dari yang terbaik”, melainkan mereka yang memiliki tujuan sejalan dengan visi lembaga pemberi beasiswa. Karena itu, ia menyarankan mahasiswa yang merasa minder atau kurang percaya diri untuk tetap berani mendaftar.

Reporter: Azka Zahara Firdausa (Rekayasa Hayati, 2022)

#itb #rekayasa hayati itb #alumni itb #beasiswa gks #global korea scholarship #studi ke korea #postech #tips beasiswa #persiapan dokumen beasiswa #kuliah di luar negeri #inspirasi mahasiswa #pengembangan diri #sdg 4 #quality education #sdg 8 #decent work and economic growth #sdg 10 #reduced inequalities #sdg 17 #partnerships for the goals