Webinar HAGI Bahas Penyebab dan Solusi Jangka Panjang Banjir Jabodetabek 2025

Oleh Rayhan Adri Fulvian - Mahasiswa Teknik Geofisika, 2021

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Dr. Edi dari ITB, menyampaikan definisi banjir/genangan dan target dari pengelolaan banjir. (Dok. HAGI)

BANDUNG, itb.ac.id - Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) menghadirkan diskusi melalui webinar terkait fenomena banjir yang melanda kawasan Jabodetabek serta solusi berbasis ilmu pengetahuan, Jumat (14/3/2025). Acara ini dibuka oleh Dr. (c) Ir. Dedi Yusmen, S.Si., M.B.A., Presiden HAGI Periode 2024-2026, dan mengupas dampak besar banjir yang mempengaruhi lebih dari 11.000 jiwa, dengan 4.000 orang kehilangan tempat tinggal dan kerugian ekonomi mencapai Rp3 triliun. Beliau menegaskan pentingnya sinergi antara ilmuwan, praktisi, dan masyarakat dalam memahami serta mengatasi risiko banjir dengan pendekatan berbasis sains.

Dr. Edi Riawan, S.Si., M.T., dari Institut Teknologi Bandung (ITB), memaparkan hasil permodelan banjir di Bekasi berdasarkan survei lapangan dan data curah hujan. Dari hasil analisis, ditemukan 171 titik genangan dengan ketinggian air mencapai 3,32 meter, mencakup area seluas 380 hektare. Beliau membandingkan situasi banjir 2025 dengan 2020 dan menyajikan tiga skenario mitigasi menggunakan bendungan dan sistem drainase. Hasilnya menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur tanpa perencanaan yang matang justru memperburuk aliran air dan meningkatkan risiko banjir di daerah permukiman.

Sementara itu, Soenardi, M.Si., dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa pola hujan ekstrem di daerah hulu menjadi pemicu utama banjir yang berkepanjangan. Analisisnya menunjukkan perbedaan karakteristik cuaca antara banjir 2020 dan 2025, yakni perubahan tata guna lahan dan urbanisasi memperburuk dampaknya. Beliau menekankan bahwa betonisasi yang tidak terkontrol telah mengurangi daya serap tanah, menyebabkan air hujan lebih cepat mengalir ke daerah hilir dan memperparah banjir.

Para narasumber sepakat bahwa solusi jangka panjang harus melibatkan permodelan banjir untuk prediksi dini, pengendalian tata ruang yang lebih ketat, serta penguatan sistem peringatan dini. Konsep Integrated Flood Management (IFM) menjadi kunci dalam membangun ketahanan terhadap banjir dengan pendekatan holistik dan berbasis sains.

Reporter: Rayhan Adri Fulvian (Teknik Geofisika, 2021)

#itb berdampak #kampus berdampak #itb4impact #diktisaintek berdampak #sdg 11 #sustainable cities and communities #sdg 13 #climate action #sdg 17 #partnerships for the goals