Workshop Petri-Dish Art ITB, Paduan Sains dan Seni Menjadi Karya Kreatif
Oleh Dina Avanza Mardiana - Mahasiswa Mikrobiologi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id - Himpunan Mahasiswa Mikrobiologi “HIMAMIKRO ARCHAEA” Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Lokus Foundation menyelenggarakan Workshop Petri-Dish Art pada Minggu (14/9/2025) di Laboratorium Instrumentasi Barat, Labtek XI, ITB Kampus Ganesha. Acara ini menjadi salah satu rangkaian mini-event dari International Microorganism Day (IMD) Indonesia 2025 yang bertema “Into The Microverse: A Microbial Galaxy Awaits”.
Petri-dish art merupakan seni yang menggunakan mikroba sebagai “cat” dan media agar sebagai “kanvas” sehingga pola warna dan tekstur yang muncul berasal dari pertumbuhan alami mikroorganisme. Seni unik ini pertama kali dipopulerkan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 melalui karyanya dengan Penicillium notatum. Sejak itu, agar art berkembang menjadi medium ekspresi yang memadukan ilmu mikrobiologi dengan seni visual.
Ketua Workshop, Rila Tirta Ayudia (Mikrobiologi, 2022), menyampaikan bahwa acara ini dirancang untuk membuka perspektif baru mengenai mikroba. “Lewat Petri-dish art, kami ingin menunjukkan bahwa mikroorganisme tidak hanya dipandang dari sisi ilmiahnya, tetapi juga bisa menjadi sarana berkarya dan menginspirasi banyak orang,” ujarnya.
Workshop ini menghadirkan Syaiful Garibaldi dari Lokus Foundation sebagai pembicara. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas disiplin untuk mempertemukan sains, seni, dan teknologi. Dalam sesi materi, peserta diperkenalkan pada berbagai jenis mikroba yang kerap digunakan dalam karya seni, termasuk bakteri penghasil pigmen alami maupun hasil rekayasa genetik.

Pada sesi hands-on, peserta diberi kesempatan membuat karya seni sendiri menggunakan empat jenis bakteri yang telah disiapkan, yaitu kuning: Sarcina lutea, merah: bakteri asam laktat dari nanas, putih: Bacillus subtilis, dan putih transparan: Pseudomonas fluorescens. Seluruh proses dilakukan dengan teknik aseptik dan pengawasan ketat dari asisten mahasiswa Mikrobiologi ITB untuk memastikan keamanan dan kualitas hasil karya.
Setelah sesi praktik, peserta mendapatkan demonstrasi khusus mengenai teknik preservasi Petri-dish art menggunakan resin epoksi, yang berfungsi untuk mengawetkan karya agar dapat bertahan lebih lama sekaligus aman dipamerkan. Tahap ini menambah wawasan peserta bahwa seni mikroba tidak hanya berhenti pada hasil pertumbuhan, tetapi juga dapat dijaga keberlanjutannya sebagai karya seni.
“Acara ini menjadi bukti bahwa seni dan sains tidak bisa dipisahkan. Dengan pendekatan kreatif seperti ini, masyarakat bisa lebih dekat dengan mikroba, sekaligus memahami peran pentingnya dalam kehidupan,” tutur Syaiful Garibaldi.
Workshop Petri-dish art menarik peserta lintas latar belakang, mulai dari siswa SMA, mahasiswa berbagai perguruan tinggi, hingga komunitas seni. Suasana laboratorium terasa hidup dengan semangat eksplorasi, interaksi, dan kreativitas.








