Kolaborasi Pengabdian Masyarakat ITB, Bangun Rumah Produksi Garam dari Limbah Botol Plastik
Oleh Sri Wulandari - Mahasiswa Oseanografi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
CIREBON, itb.ac.id — Tim Pengabdian Masyarakat dari Program Studi Oseanografi, Institut Teknologi Bandung (ITB) berkolaborasi dengan Universitas Padjadjaran, Yayasan Lindungi Ibu Pertiwi, serta KUD Mina Jaka Bhakti meresmikan Resalt House (Recycle Salt House), sebuah rumah produksi garam berbahan dasar limbah botol plastik, di Desa Bungko Lor, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Minggu (6/7/2025).
Peresmian Resalt House turut dihadiri Ketua KUD Mina Jaka Bhakti, Dudi; Ketua tim pengabdian masyarakat, Dr. Susanna Nurdjaman, S.Si., M.T.; Dr. Ankiq Taofiqurohman, S.Si., M.T. perwakilan dari Universitas Padjadjaran; serta para anggota Karang Taruna Desa Bungko Lor.
Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk nyata sinergi antar perguruan tinggi, masyarakat lokal, dan organisasi sosial dalam menghadapi tantangan produksi garam di pesisir utara Jawa Barat.
Pembangunan Resalt House dilatarbelakangi kondisi petani garam Pantura yang semakin terdampak banjir rob akibat perubahan iklim. Fenomena ini menyebabkan produksi garam bergantung pada musim dan sering mengalami penurunan. Di sisi lain, persoalan sampah plastik yang sulit terurai mendorong tim pengabdian menghadirkan solusi yang menyasar dua masalah sekaligus, yakni ketahanan produksi garam dan pengelolaan limbah plastik.
Tahapan pembangunan Resalt House dimulai dengan pengumpulan sampah botol plastik dari pengepul dan warga sekitar Desa Bungko Lor. “Desa ikut menyumbang sekitar 20–30 kg botol plastik untuk pembangunan Resalt House,” ujar Qonitah, mahasiswa Oseanografi ITB yang terlibat dalam proyek ini.

Botol plastik dengan merek dan ukuran yang seragam dibersihkan, kemudian dirangkai menggunakan batang bambu sebagai rangka utama. Rumah garam berukuran 4 x 6 meter dengan tinggi sekitar 2 hingga 2,5 meter ini juga dilengkapi plat besi dan geomembran hitam yang berfungsi memerangkap panas sehingga mampu mempercepat proses penguapan dalam produksi garam.
Di dalam Resalt House terdapat tiga rak susun sebagai tempat pembuatan garam. Dengan desain tertutup, produksi garam tidak lagi terganggu oleh hujan maupun banjir rob. Diharapkan hasil produksi lebih stabil dan efisien. Teknologi sederhana ini dinilai mampu meningkatkan produktivitas garam dengan biaya yang terjangkau.

Pembangunan Resalt House melibatkan tenaga tukang dari warga setempat dan berlangsung dari 31 Mei hingga 6 Juli 2025. Setelah peresmian, tim akan melakukan pemantauan terhadap produktivitas garam yang dihasilkan.








