Mahasiswa SBM ITB Juara 3 Nasional KBMK 2025 Lewat Gagasan Hilirisasi Nikel Berbasis Kolaborasi Nasional
Oleh Merryta Kusumawati - Mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika, 2025
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id - Dua mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), Paramadina Kinarhasna Bulfiah dan Nabil Juninanda Rahman, menorehkan prestasi membanggakan dalam ajang Kompetisi Mahasiswa Bidang Ilmu Bisnis, Manajemen, dan Keuangan (KBMK) 2025, Minggu (26/10/2025). Mengusung nama tim BerkahRiset, keduanya tampil mewakili ITB dalam cabang lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan bimbingan dari Muhammad Yorga Permana, S.T., M.Sc., Ph.D.
Terinspirasi dari Tantangan Hilirisasi Nikel Nasional
Ide penelitian tim BerkahRiset berawal dari keingintahuan terhadap isu strategis nasional, yakni hilirisasi dan industrialisasi nikel. Tema tersebut diangkat setelah Kinar menghadiri pameran inovasi di Aula Barat ITB dan menemukan potensi besar sekaligus problematika kompleks pada proses pengolahan nikel di Indonesia.
“Kami menemukan bahwa hilirisasi nikel Indonesia masih menghadapi banyak tantangan, mulai dari aspek lingkungan, sosial, hingga ekonomi. Padahal Indonesia punya cadangan nikel terbesar di dunia,” ujar Kinar. Dari pengamatan tersebut, tim BerkahRiset merumuskan strategi kolaboratif yang menekankan peran multi-stakeholder untuk memperkuat daya saing industri nikel nasional.
Dari 200 Tim Menjadi 10 Besar Nasional
.jpg)
Perjalanan tim BerkahRiset dimulai dari tahap penyisihan, yang diikuti lebih dari 200 tim dari seluruh Indonesia. Mereka memilih tema “Strategi Andalan Hilirisasi dan Industrialisasi Nikel Nasional (SANDIKA)”, yang mengusung pendekatan Mission-Oriented Economy Framework, yang merupakan sebuah konsep yang diperkenalkan oleh ekonom Mariana Mazzucato pada 2019.
Framework ini menitikberatkan pada bagaimana seluruh elemen bangsa meliputi pemerintah, swasta, BUMN, akademisi, hingga masyarakat dapat berkolaborasi untuk mewujudkan misi nasional bersama. “Kami ingin mengadopsi semangat moonshot mission seperti saat Amerika berhasil mengirim manusia ke bulan, tetapi kami terapkan dalam konteks hilirisasi nikel Indonesia,” kata Nabil.
Melalui ide tersebut, tim BerkahRiset berhasil lolos ke babak semifinal nasional, yang menampilkan 10 tim terbaik. Dalam babak ini, peserta mempresentasikan karya mereka melalui poster ilmiah dan video kreatif. Menariknya, tim BerkahRiset menjadi satu-satunya tim yang mengusung tema kebijakan (policy-based approach) tanpa menampilkan produk fisik.
“Awalnya kami agak insecure karena tim lain membawa produk nyata seperti hasil inovasi maritim dan tekstil. Tapi kami yakin bahwa kebijakan dan strategi nasional juga bisa menjadi bentuk nyata dari kontribusi ilmiah,” ungkap Kinar.
Orasi Ilmiah sebagai Puncak Tantangan
Lolos ke grand final menjadi pengalaman yang paling menantang. Mereka harus menyiapkan orasi ilmiah berdurasi 15 menit dalam waktu hanya satu malam. Selain menulis naskah orasi, mereka merancang presentasi visual untuk memperkuat penyampaian pesan.
“Bagi kami, orasi ilmiah itu lebih dari sekadar presentasi. Itu tentang bagaimana mengomunikasikan ide besar dengan emosi, keyakinan, dan narasi yang kuat. Kami bahkan tidak tidur semalaman untuk mempersiapkannya,” kenang Kinar.
Kerja keras tersebut akhirnya membuahkan hasil. Tim BerkahRiset meraih Juara 3 di ajang nasional tersebut, menjadikan SBM ITB kembali menorehkan pencapaian gemilang setelah terakhir kali ITB meraih juara di cabang KTI pada tahun 2022.
Inovasi Berbasis Kolaborasi Nasional
Dalam karya ilmiahnya, tim BerkahRiset merumuskan empat pilar strategi utama: (1) kebijakan industri, (2) pembiayaan berbasis sustainable finance, (3) pengembangan sumber daya manusia, dan (4) inovasi teknologi melalui Battery Innovation Hub.
Keempat pilar ini menjadi fondasi kolaboratif yang menghubungkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari Antam, Indonesia Battery Corporation (IBC), hingga lembaga pendidikan seperti LPDP untuk membangun masa depan hilirisasi nikel Indonesia.
“Solusi kami bukan hanya teknis, tapi juga sosial dan ekonomi. Kami ingin Indonesia menjadi pusat transisi energi global, bukan hanya pemasok bahan mentah,” kata Nabil.
Pesan untuk Mahasiswa ITB
Kinar dan Nabil menekankan pentingnya keberanian mengambil risiko, ketekunan dalam riset, dan kemauan untuk berkolaborasi lintas disiplin.
“Mulailah dari lomba apapun, sekecil apapun skalanya. Ambil setiap kesempatan dengan serius, dan jangan takut kalah. Karena dari proses itulah mental, wawasan, dan kemampuan kita terbentuk,” tutur Kinar.
Sejalan dengan itu, Nabil menambahkan, “Kuncinya adalah mencari mentor, berdiskusi, dan terus memperbaiki ide. Jangan pernah ragu untuk memulai.”









