Talkshow Adicitra Ganesha ITB: Menilik Masa Depan Ekonomi Kreatif Melalui Kacamata Kebijakan dan Industri

Oleh Chysara Rabani - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2022

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Talkshow Narawicara: Seni Berbicara di Aula Timur ITB, Senin (20/10/2025).

BANDUNG, itb.ac.id - Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) menyelenggarakan Talkshow Narawicara: Seni Berbicara dengan tema “Daya Saing Ekonomi Kreatif Indonesia”, Senin (20/10/2025). Bertempat di Aula Timur ITB, acara ini merupakan salah satu rangkaian dari Adicitra Ganesha dan dimoderatori oleh Wakil Rektor ITB Bidang Komunikasi, Kemitraan, Kealumnian, dan Administrasi ITB Dr. A. Rikrik Kusmara, S.Sn., M.Sn.

Talkshow ini menghadirkan dua pembicara dari latar belakang berbeda, yakni Direktur Seni Rupa dan Seni Pertunjukan, Kementerian Ekonomi Kreatif RI, Dr. Dadam Mahdar, S.Sos., M.Hum., dan CEO sekaligus Co-founder Torch.id, Ben Wirawan.

Dr. Dadam Mahdar membawakan materi bertajuk “Seni dan Ekonomi Kreatif Pondasi Inovasi Kemajuan Indonesia”. Beliau menekankan bahwa seni dan kebudayaan adalah pilar kemajuan dan pondasi penting untuk membangun bangsa, terutama dalam menunjukkan jati diri Indonesia di tengah arus globalisasi.

Pemaparan Dr. Dadam Mahdar, S.Sos., M.Hum. pada Talkshow Narawicara: Seni Berbicara di Aula Timur ITB, Senin (20/10/2025).

Menurutnya, ekonomi kreatif (ekraf) telah menjadi "mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional" (The New Engine of Growth). Ia mendefinisikan ekraf sebagai perwujudan nilai tambah dari kekayaan intelektual yang berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan, dan/atau teknologi.

Dr. Dadam juga memaparkan data kontribusi sektor ini. Pasar seni rupa menyumbang PDB Nasional sebesar 0.23% (Rp3.287 miliar) dengan 88.756 tenaga kerja, sementara pasar seni pertunjukan 0.31% (Rp4.352,7 miliar) dengan 287.952 tenaga kerja. Untuk memperbesar skala ini, beliau menyoroti pentingnya kolaborasi lintas bidang dan peran pemerintah melalui berbagai kebijakan, perlindungan HKI, dan promosi.

“Seni dan budaya bukan sekadar warisan, tapi pondasi penting dalam membangun masa depan ekonomi kreatif Indonesia,” ujar Dr. Dadam.

Pemaparan Ben Wirawan pada Talkshow Narawicara: Seni Berbicara di Aula Timur ITB, Senin (20/10/2025).

Sementara itu, Ben Wirawan berbagi pengalaman praktis dalam sesi bertajuk “Torch’s Journey to the Forbes Asia 100 to Watch 2025”. Beliau menceritakan perjalanan Torch.id yang tumbuh dari 6 menjadi 200 karyawan di tengah tantangan ekosistem bisnis Indonesia, yang disebutnya memiliki angka akses kemudahan modal di peringkat 7 ASEAN.

Strategi utama yang ia terapkan adalah validated learning, sebuah siklus iterasi dan efisiensi tanpa mengorbankan nilai. Bagi yang ingin memulai, ia menyarankan untuk fokus pada search phase (pembuktian hipotesis nilai).

Menghadapi tantangan biaya media yang besar, Ben menekankan pentingnya membangun customer journey yang personal. “Yang harus dilakukan adalah menciptakan perjalanan untuk setiap persona pelanggan. Semakin lama pesan itu dibicarakan, dan semakin banyak orang membicarakannya, semakin baik,” ujarnya.

Ben juga berpesan agar para perintis brand tidak mudah menyerah di tahun-tahun awal. Hal itu karena eksistensi brand biasanya baru akan terasa di tahun ketiga hingga kelima. “Kita harus membuat produk/desain yang relevan sepanjang waktu (timeless),” ujarnya.

Talkshow Narawicara: Seni Berbicara ini menjadi wadah bagi peserta untuk memahami daya saing ekonomi kreatif dari dua perspektif, yakni kebijakan makro pemerintah dan strategi mikro dari praktisi industri. Acara ini menegaskan bahwa sinergi antara pelestarian budaya, inovasi seni, dan strategi bisnis yang adaptif menjadi kunci untuk memajukan ekonomi kreatif Indonesia.

Reporter: Chysara Rabani (Teknik Pertambangan, 2022)

#itb berdampak #kampus berdampak #itb4impact #sdg 8 #decent work and economic growth #sdg 9 #industry innovation and infrastructure #sdg 11 #sustainable cities and communities #sdg 17 #partnerships for the goals